welcome


widget

Minggu, 01 Mei 2016

Cerpen : Yang Biasa dan Yang Tak Biasa



CERPEN
Judul : Yang Biasa dan Tak Biasa (?)

Siang ini matahari sedang sangat bersahabat. Udara sejuk walau terik. Angin seakan melambai mengiringi kesibukan banyak insane di perkotaan. Langit di Kota Depok inipun terasa sangat bersahabat. Kini aku siap berangkat menuju kampus. Ku isi berbagai buku di tasku sebagai amunisi terbaik. Tak lupa kuucap bismillah sebelum melangkah. 

Seperti biasa, aku melewati rel kereta menuju tempat kuliah. Namun yang tak biasa adalah pemandangan yang kulihat siang ini dikala menunggu pembatas kereta terangkat. Seorang laki-laki disebrang rel sana keluar dari warung tegal membawa sebuah bungkus nasi sambil berlari dan menghampiri seorang pemulung cilik. Dengan begitu senang si anak menerimanya sambil menyalimi tangan laki-laki tersebut. Aku pun bergumam dalam hati “MasyaAllah baiknya orang itu..”.

Sekilas memang sederhana tapi tak biasa. Membantu orang lain yang tidak kita kenal. Pintu pembatas rel pun kini terangkat menandakan waktunya aku melanjutkan perjalanan. Seperti biasa, di Margonda tepatnya didepan kampus D Gunadarma berjejerlah belasan tameng yang  rutin menghadang perjalananku. Apa itu? Pasti hampir semua pengendara yang melalui jalan itu tak asing dengannya. D11 dan 112 adalah tulisan yang biasa bertengger di kacanya. Dalam hal ini aku lebih suka menggunakan kata “oknum”. Karena aku yakin tidak semua nya seperti itu.

Klakson panjang mengiringi kendaraan yang ingin tameng tersebut terbuka. Bayangkan saja jalan yang seharusnya bisa dilalui 4 mobil malah dikuasai wilayahnya untuk ngetem 3 mobil mereka. Sebenarnya hal ini adalah pemandangan yang biasa dan taka sing. Namun, yang membuatnya tak biasa adalah kejadian ini ku kaitkan dengan kejadian di rel beberapa menit sebelumnya.

Disaat ada orang yang gemar menolong orang lain walau ia tidak mengenal orang itu, disisi lain ada orang yang malah asyik menghalangi jalan orang lain yang dikenal maupun tidak dikenalnya. Mengatasnamakan kejar setoran lalu merasa merdeka dengan mengambil hak orang lain. Tidakkah “oknum” tersebut ingat tentang rumus keberkahan dan pertolongan sang pencipta?

Keberkahan bisa saja terwujud sekalipun uang yang disetorkan tidak banyak. Disaat..
Allah beri kita kesehatan sehingga tak perlu sepeserpun uang kita keluar untuk pengobatan.
Allah beri kita penjagaan harta sehingga tidak ada barang kita yang hilang.
Allah beri kita anak yang soleh solehah sehingga tak perlu kita marah akibat ulahnya.
Allah beri kita ketenangan hati.
Bahkan mungkin juga keberkahan itu datang ketika si pengemudi tameng itu tak menghalangi laju pengendara lain namun 2 orang penumpang yang ia dapatkan dengan cara benar memberikan bayaran 5x lipat dari yang seharusnya.

Bukankah tidak ada yang tidak mungkin jika Allah berkehendak??
Kumohon wahai para pengendara tameng.. Bantulah kami untuk menyelesaikan urusan kami..
Minimal dengan tidak menutupi jalan demi mengejar setoran..

Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arba’in An Nawawi hadits ke 36).

Translate